Laman

Mengenai Saya

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Senin, 11 Juli 2011

Sejarah Sastra Indonesia Periode 1942-1945

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia tumbuh dari bahasa Melayu sejalan dengan perkembangan rasa kebangsaan atau nasionalisme Indonesia.  Karena itu bahasa Indonesia baru lahir pada awal abad 20. Dalam Sumpah Pemuda 1928 bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa persatuan. Dan setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa Negara.
Lahirnya bahasa Indonesia dan sastra Indonesia ialah hasil pertemuan antara bahasa dan sastra Melayu dengan paham-paham yang berasal dari kebudayaan Eropa modern itu. Paham-paham dan bentuk-bentuk sastra Eropa modern seperti sonata, roman, esai, kritik dan cerita pendek kemudian banyak diikuti dan menemui perkembangan yang subur di Indonesia.
Sastra yang berkembang setelah pertemuan dengan kebudayaan Eropa dan mendapat pengaruh darinya itu disebut sastra modern; sedangkan yang sebelumnya dinamakan sastra klasik.
Beberapa orang penelaah sastra Indonesia telah mencoba membuat babakan waktu (periodisasi) sejarah sastra Indonesia. Meski di antara para ahli itu ada persamaan-persamaan menyolok dalam membagi-bagi babakan waktu sejarah sastra Indonesia, namun kalau diteliti lebih lanjut maka akan tampak bahwa masing-masing periodisasi itu menunjukkan perbedaan-perbedaan yang menyolok juga, baik istilah maupun konsepsinya.
Babakan waktu yang akan dibahas dalam makalah ini adalah periodisasi 1942-1945.

PEMBAHASAN
1.      Saat-saat yang Mematangkan
Dijajah Jepang selama tiga setengah tahun merupakan saat-saat yang penting dalam sejarah bangsa dan juga sastra Indonesia. Jepang mendukung diresmikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia dan mengajarkan bahasa Jepang di seluruh kepulauan dan dalam seluruh bidang kehidupan. Indonesia. Tentu saja maksud Jepang kemudian akan menggantikan bahasa Jepang sebagai bahasa persatuan di Indonesia. Tetapi karena waktu mereka di sini hanya tiga setengah tahun, maka besar keuntungannya untuk Indonesia. Sebelum diganti dengan bahasa Jepang, Jepang sudah kalah, dan bahasa Indonesia sudah tetap dan kuat kedudukannya.
Dengan makin intensifnya bahasa Indonesia dipergunakan dalam segala kehidupan di segenap kepulauan Nusantara, maka sastra Indonesia juga mengalami intensifikasi. Para pengarang beserta para seniman lainnya dikumpulkan Jepang di Kantor Pusat Kebudayaan dan dinamakan Keimin Bunka Shidosho. Pemusatan para seniman ini tentu saja tidak bisa lepas dari situasi perang dan maksud Jepang sendiri hendak menguasai Asia. Seniman-seniman dikerahkan untuk membuat lagu-lagu, lukisan-lukisan, slogan-slogan, sajak-sajak, sandiwara-sandiwara bahkan film-film dengan pesanan.
Banyak seniman yang keberatan, meski mula-mula uluran tangan Jepang itu disambut antusias namun kian lama kian banyak seniman yang terbuka matanya. Bahkan mereka yang mula-mula antusias sekali menerima kedatangan Jepang, kemudian mulai ragu dan was-was. Usmar Ismail misalnya. Sedangkan Chairil Anwar, Amal Hamzah, dan beberapa orang lagi yang sejak semula menaruh curiga kepada Jepang, mengejek para seniman yang berkumpul di Kantor Pusat Kebudayaan. Amal Hamzah menulis dua buah sandiwara yang keduanya sama-sama berisikan sindiran kepada seniman yang tunduk pada Jepang. Sandiwara berjudul ‘Tuan Amin’ yang merupakan sindiran kepada Armijn Pane yang pada saat itu sangat bersemangat dan menyokong Jepang dan menulis sandiwara-sandiwara pesanan sesuai dengan permintaan Jepang. Juga sandiwara berjudul ‘Seniman Pengkhianat’. Percakapan antara dua seniman itu mewakili dua dunia seniman. Yang satu seniman yang mau menjaga kemurnian ciptaannya karena itu menolak menjadi kacung Kantor Pusat Kebudayaan; sedangkan yang lain mengabdi pada Jepang, membuat sajak, lagu, cerita pendek, sandiwara sesuai dengan pesanan Jepang.
Pada masa penjajahan Jepang kita melihat kian banyak jumlah seniman yang menulis sajak, cerpen dan sandiwara. Situasi perang dan penderitaan lahir-batin dijajah Jepang telah memeatangkan jiwa bangsa kita. Juga pada masa inilah kita menyaksikan sastra Indonesia mengalami pematangan. Bahasa Indonesia bukan hanya sekedar alat untuk bercerita atau menyampaikan berita atau rengekan-rengekan perasaan yang sangsai, tetapi menjadi alat pengucapan sastra yang dewasa.
Kehidupan morat marit dalam bidang ekonomi memaksa para pengarang Indonesia supaya belajar hemat dalam berkata-kata. Pun bidang perhatian dalam memilih materi buat menulis menjadi lebih sederhana. Yang menjadi perhatian para pengarang bukanlah lagi masalah yang pelik-pelik atau kehidupan yang rumit-rumit, melainkan kenyataan sehari-hari yang tampak pada mata-kepala karena terjadi di depan mata.


2.      Para Penyair
Pada masa Jepang ini kita menyaksikan beberapa penyair muncul. Yang terpenting ialah Usmar Ismail, Amal Hamzah, dan Rosihan Anwar.
·         Usmar Ismail. Ia menulis beberapa cerpen di antaranya Pancaran Cinta (1946) dan Gema Tanah Air (1948), dan sajak-sajaknya dikumpul dan diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Puntung Berasap (1949). Dalam sajak-sajaknya yang permulaan terasa kepercayaan terhadap Jepang akan membawa kemerdekaan bagi Indonesia. Tetapi kemudian ia pun segera menemukan kekecewaannya. Dalam sajak ‘Diserang Rasa’ karangannya berisi rasa waswas dan ragu kepada kesungguhan janji dan semboyan Jepang.
·         Amal Hamzah. Mulai menulis pada zaman Jepang. Ia seorang yang kasar dan sajak-sajaknya sangat naturalistis. Juga dalam sandiwara-sandiwara dan cerita sketsa yang ditulisnya, sensualisme sangat kentara. Sajak-sajak dan karangan-karangan lainnya kembali diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul Pembebasan Pertama. Setelah itu ia lebih menaruh minatnya kepada menerjemahkan.
·         Rosihan Anwar. Pada zaman Jepang menulis sejumlah sajak dan cerpen. Sajak-sajaknya banyak melukiskan perasaan dan semangat pemuda. Cerpennya yang berjudul ‘Radio Masyarakat’ menceritakan kemelut pemuda yang dilanda keraguan atas segala janji-janji kosong dari Jepang.
·         Anas Ma’ruf pada zaman sesudah perang lebih terkenal sebagai organisator kebudayaan dan penerjemah. Ia menulis sejumlah sajak, esai dan kritik. Ia pun menerjemahkan karya-karya para pengarang dunia seperti Rabindrana Tagore, John Steinbeck, William Saroyan, dan lain-lain.
·         M.S Ashar yang pada zaman Jepang menulis beberapa buah sajak menjadi terkenal karena sebuah sajaknya yang berjudul ‘Bunglon’
·         Maria Amin. Penyair wanita zaman Jepang ini menggambarkan kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia sebagai ikan dalam akuarium yang dilukiskan dalam prosa liriknya ‘Tengoklah Dunia Sana’.
·         Nursjamsu. Pada zaman Jepang menuliskan sejumlah sajak yang melukiskan hati yang diamuk remaja. Pada masa sesudah perang ia menulis cerpen antara lain yang berjudul ‘Terawang’ yang dimuat dalam majalah Gema Suasana (1948).


3.      Cerita Pendek
Pada zaman Jepang ini cerpen tumbuh dengan subur. Beberapa pengarang baru muncul. Juga diadakannya beberapa sayembara dalah majalah-majalah yang terbit saat itu seperti Pandji Poestaka, Djawa Baroe dan lain-lain cerpen diberi banyak tempat.
·         Selain Usmar Ismail, H.B Jassin juga menulis cerpen. Salah satu cerpennya adalah ‘Anak Laut’, kemudian lahir beberapa cerpen dari pengarang lain diterbitkan secara bersama dengan judul Pancaran Cinta (1946). Pada masa sesudahnya, Jassin lebih mencurahkan perhatian kepada penulisan kritik dan esai sastra sambil menyelenggarakan dokumen sastra Indonesia modern.
·         Bakri Siregar. Cerpennya yang pertama berjudul ‘Di Tepi Kawah’ mendapat hadiah pertama sayembara mengarang cerpen. Cerpen ini merupakan sebuah cerpen pelarian. Bersama-sama dengan beberapa cerpen lain yang ditulis Bakri pada masa pendudukan Jepang, kemudian ‘Di Tepi Kawah’ ini dibukukan dengan judul Jejak Langkah (1953). Cerpen-cerpen lain yang dimuat dalam buku itu pun semuanya menlukiskan kesepian dan pelarian dari dunia ramai disertai dengan humor yang berat dan tidak menarik.
Pada masa sesudah perang, Bakri masih juga menulis cerpen. Tetapi peranannya sebagai pimpinan Lembaga Seni Sastra Lekra lebih banyak dicurahkan kepada penulisan karangan-karangan yang berupa kritik, polemik , dan semacamnya. Ia juga menulis buku Sejarah Sastra Indonesia Modern (1964). Sekarang termasuk buku yang dilarang.

4. Drama
Penulisan drama pada zaman Jepang boleh dikatakan sangat subur. Hal itu disebabkan oleh kegiatan rombongan sandiwara yang berkumpul dalam Perserikatan Oesaha Sandiwara Jawa yang dipimpin oleh Armijn Pane.
Beberapa nama pengarang yang banyak membuat sandiwara pada zaman Jepang ialah Armijn Pane, Usman Ismail, Abu Hanifah, Idrus, Inu Kertapati, Kotot Sukardi, Amal Hamzah, dan lain-lain.
·         Amal Hamzah menulis beberapa sandiwara yang berisi ejekan meleceh para seniman yang menjadi budak Jepang. Tentu saja tidak mungkin dimainkan pada saat itu!
·         Armijn Pane menulis beberapa sandiwara yang kemudian dibukukan dengan judul Jinak-Jinak Merpati (1953).
·         Usmar Ismail pada zaman Jepang menulis sandiwara kepahlawanan rakyat kepulauan Maluku yang mengadakan perlawanan terhadap Belanda berjudul ‘Mutiara dari Nusa Laut’ lalu dimainkan oleh rombongan sandiwara penggemar ‘Maya’ yang dipimpinannya sendiri. Drama-drama yang ditulis Usmar yang belum dibukukan antara lain ‘Mekar Melati’ dan ‘Tempat yang Kosong’. Tiga drama karangan Usmar berhasil dibukukan dalam satu buku berjudul Sedih dan Gembira (1949) yaitu ‘Api’, ‘Liburan Seniman’, dan ‘Citra’. Dalam ‘Liburan Seniman’ Usmar mengemukakan cita-citanya mengenai sandiwara pada masa itu. Drama ‘Citra’ mengisahkan kejadian di sebuah perkebunan, tetapi yang menonjol di dalamnya adalah menangnya pihak yang baik (Sutopo) terhadap kaum yang anarkis (Harsono). Dalam drama ‘Api’ moral baik sekali lagi menang terhadap moral buruk dan jahat. Oleh pengarangnya sendiri dikatakan bahwa drama ini merupakan ‘perjuangan melawan yang keji dan jahat”.
·         Abu Hanifah (memakai nama samaran El Hakim) menulis beberapa buah drama yang kemudian dibukukan berjudul Taufan di Atas Asia (1949). Di masa sesudah merdeka, ia masih menulis dua buah drama lagi, yaitu ‘Rogaya’ dalam empat babak dan ‘Mambang Laut’ tiga babak. Keduanya belum pernah dibukukan. Dalam drama-drama karangan El Hakim terasa dasar-dasar agama Islam dan kecenderungan memilih Timur dalam pertarungan antara Timur dan Barat yang dianggapnya sebagai pertentangan antara Idealisme dan Materialisme.
·         Idrus pada zaman Jepang menulis beberapa buah drama, antaranya ‘Kejahatan Membalas Dendam’ yang melukiskan perjuangan pengarang muda menghadapi pengarang kolot dengan kemenangan di pihak pengarang muda, meskipun pengarang si pengarang kolot hendak memakai guna-guna segala.
Kotot Sukardi menulis sandiwara ‘Bende Mataram’ yang berlatar belakang masa perang Diponegoro (1825-1830). Sandiwara ini kemudian dibukukan oleh Balai Pustaka bersama-sama dengan karangan sandiwara pula oleh Inu Kertapati berjudul ‘Sumping Sureng Pati’ yang mengambil latar belakang peristiwa sejarah denganlatar kejadiannya di Bali ketika Belanda menyerbu ke sana. Buku ini diberi judul Bende Mataram.

PENUTUP
Pada periode ini terbagi menjadi dua masa, yaitu masa Jepang dan sesudah kemerdekaan.
Beberapa karya sastra yang menonjol pada periode 1942-1945 adalah berupa cerita pendek dan drama. Beberapa penyair yang menonjol pada periode ini adalah Usmar Ismail, Amal Hamzah, Rosihan Anwar, H.B Jassin, Armijn Pane, Abu Hanifah dan lain-lain. Kebanyakan isi dari karya-karya para pengarang, baik cerpen maupun drama, melukiskan keragu-raguan dan waswas terhadap janji Jepang mengembalikan kemerdekaan Indonesia.

Metode Ilmiah Mengenai Cara Mengusir Nyamuk

Latar Belakang

Memasuki musim penghujan, ancaman DBD (Demam Berdarah Dengue) selalu mengintai. Telah banyak korban yang jatuh akibat terserang salah satu penyakit infeksi virus ini. Di Indonesia, terdapat 2 jenis virus pemicu penyakit demam berdarah, yakni chikungunya dan dengue. Namun virus dengue yang menjadi penyebab terpenting DBD, sehingga penyakit ini dikenal sebagai DBD (Demam Berdarah Dengue).
Penyakit ini dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini menyerang sistem pembekuan darah manusia. Hal ini bisa diketahui dari menurunnya kadar trombosit dalam darah si penderita. Kelompok usia 4-10 tahun merupakan usia yang paling berisiko tinggi terhadap penyakit ini, karena daya tahan tubuh anak pada usia ini belum sekuat orang dewasa. Nyamuk Aedes aegypti terutama betina dewasa, paling hobi menggigit pada pagi dan siang hari. Padahal, balita masih perlu tidur atau anak sekolah masih belajar pada jam tersebut!
Seseorang yang telah terserang Demam Berdarah akan mengalami gejala-gejala awal seperti demam tiba-tiba (±38.5-400º C), nyeri perut, lesu, serta pendarahan kulit (tibul bintik-bintik merah). Gejala lain seperti sakit kepala, tubuh serasa ditusuk-tusuk, atau kejang. Gejala ini terjadi pada hari 1-3. Lalu gejala lanjutan pada hari 3-5 yang merupakan masa-masa paling genting. Sebab si penderita kelihatannya sudah sembuh. Selain demam hilang, penderita sudah mau makan/minum. Bila demam hilang, namun penderita tetap lesu, gelisah, enggan makan/minum dan nyeri perut, ini dinamakan tanda awal syok. Syok agak berat bila kesadarannya menurun, sesak napas, tubuh dingin dan lembab, kuku dan bibir kebiruan, dan sebagainya. Syok sangat berbahaya, sebab organ tubuh bisa kekurangan oksigen. Akibatnya fatal, yakni menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Dari Departeman Kesehatan pada tahun 2005, jumlah penderita demam berdarah se-Indonesia mencapai angka 20.800 orang dengan jumlah penderita terbanyak di pulau Jawa, yakni sebanyak 15.322 orang. Dan di tahun 2007, DBD menjangkiti  16.803 orang (267 orang di antaranya meninggal dunia). Sebuah angka yang tidaklah sedikit!
Akar dari penyakit mematikan ini ialah nyamuk. Jenis binatang yang sering dipandang sebelah mata oleh manusia namun bisa mengantarkan kematian dalam waktu singkat. Berangkat dari persoalan di atas, masyarakat pun berusaha mencari cara untuk menghindari infeksi virus tersebut.
Salah satu yang paling gencar dilakukan adalah menggunakan alat pengusir nyamuk, baik dalam bentuk bakar,  semprot, oles, maupun elektrik. Di masyarakat kita mengenal merk-merk seperti Baygon, Hit, Soffel, Autan, dan semacamnya. Kesemua merk tersebut ada yang berbentuk bakar, semprot, oles, dan elektrik. Namun semua merk tersebut pada prinsipnya memiliki khasiat yang sama, yaitu membunuh dan mengusir nyamuk. Bedanya hanya kemasan konsentrasi bahan aktif atau zat racunnya. Tetapi obat nyamuk bisa menjadi ancaman buat kita, apalagi anak kecil yang peka atau sensitif.
Obat nyamuk berbahaya buat manusia, sebab obat nyamuk mengandung bahan aktif yang termasuk golongan organofosfat. Bahan aktif ini adalah dichlorovynil dimethyl phosfat (DDVP), propoxur (karbamat), dan diethyltoluamide, yang merupakan jenis insektisida pembunuh serangga.
Memang, tak semua bahan aktif itu murni. Artinya, ada zat tambahan di dalamnya. Entah itu pewarna, pengawet, atau pun pewangi. Campuran bahan tambahan tadi untuk memberikan wewangian tertentu karena umumnya bahan aktif berbau kurang sedap. Namun, bahan-bahan tambahan ini pun berdampak pula pada kesehatan. Jadi berlipatgandalah dampak buruk obat nyamuk ini.
Racun nyamuk ditemukan pada semua jenis obat nyamuk. Pada obat nyamuk bakar, semprot, dan elektrik lebih cenderung untuk membunuh nyamuk, sedangkan pada obat nyamuk oles lebih pada pencegahannya, yaitu mengusir nyamuk. Namun kandungan di dalam semua bentuk obat nyamuk tersebut sama, yaitu mengandung racun nyamuk yang tentu saja membahayakan kesehatan.
Bahan aktif (zat racun) dari obat nyamuk masuk ke dalam tubuh, baik melalui pernapasan maupun kulit, lalu ke peredaran darah. Setelah itu menyebar pada sel-sel tubuh. Ada yang ke pernapasan, ke otak lewat susunan saraf pusat, dan lain-lain. Organ mana yang sensitif, itulah yang akan terkena. Tentunya karena obat nyamuk lebih pada hirupan, maka yang paling berperan adalah pernapasan. Sementara kalau lewat kulit sangat tergantung pada daya sensitivitas atau kepekaan kulit seseorang.
Jadi, segala bentuk obat nyamuk, baik berbentuk bakar, semprot, oles, maupun elektrik bukanlah cara yang baik untuk terhindar dari serangan nyamuk. Meski memang terbukti khasiatnya, namun memiliki efek sampinya yang buruk bagi kesehatan. Alih-alih ingin terhindar dari nyamuk Aedes aegypti, malah terserang penyakit pernapasan gara-gara sering menggunaka obat nyamuk melebihi kadar normal. Ironis!
Namun ada cara lain untuk mengusir nyamuk tanpa menimbulkan efek buruk bagi kesehatan kita. Yaitu mengusir nyamuk dengan cara yang alami atau tidak mengandung bahan-bahan kimia yang bersifat racun di dalamnya.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang timbul adalah bagaimana mengusir atau membasmi nyamuk dengan cara yang alami?


Penyusunan Hipotesis (Dugaan Sementara)

Cara alami untuk mengusir atau membasmi nyamuk berdasarkan hipotesis saya adalah sebagai berikut:
·         Menggunakan kelambu. Cara yang paling mudah dan sederhana. Kelambu sangat sering digunakan oleh bayi atau balita ketika sedang tidur untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu juga dapat digunakan oleh orang dewasa, berbentuk segi empat berukuran 180x240x175 cm dan terdapat cantelan di setiap ujung untuk dihubungkan ke paku. Kelambu terbuat dari kain kasa dan dibentuk anyaman kecil sehingga nyamuk tidak bisa masuk ke dalam tempat tidur.
·         Bunga Geranium. Geranium mempunyai 3 varian, yakni Citrosa mosquito fighter, Citrosa queen of lemon dan Citrosa lady diana. Tanaman ini mengandung senyawa geraniol dan zat citronella yang dapat mengusir nyamuk, karena baunya tidak disukai nyamuk.
·         Bunga Lavender (Lavandula angustifolia). Bunga ini berwarna ungu kecil-kecil dan memiliki bau wangi yang khas tetapi tidak disukai nyamuk. Mengandung minyak atsiri yang tidak disukai nyamuk.
·         Tanaman Zodia (Evodia suaveolans). Merupakan tumbuhan dari suku jeruk-jerukan (Rutaceae) yang berasal dari Papua. Masyarakat Papua sering menggunakan tanaman ini untuk menghindari gigitan nyamuk dengan cara menggosok-gosoknya pada kulit. Pada tanaman ini mengandung zat evodiamine dan rutaecarpine.
·         Serai wangi. Lebih populer sebagai salah satu bumbu masak. Mengandung zat-zat geraniol, metilheptenon, terpen-terpen, terpen-alkohol, asam-asam organik dan sitronelal. Bau wangi dari serai juga tidak disukai oleh nyamuk. Dan zat sitronelal di dalamnya memiliki sifat racun kontak.

IAD: Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis yang didasarkan pada penyelidikan dan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa atau gejala alam melalui metode dan sikap ilmiah. Ilmu ini terus berkembang, bertambah luas, dan mendalam sesuai dengan hasil-hasil penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Dalam perkembangannya, ternyata banyak proses yang penjelasannya memerlukan bantuan dari dua atau lebih cabang ilmu yang merupakan kombinasi dari cabang-cabang yang telah ada, seperti Kimia Fisika, Biokimia, Biofisika, dan Geofisika. Pembagian IPA dalam berbagai cabang tersebut sebenarnya untuk lebih mempermudah mempelajari alam seisinya dari sudut pandang tertentu. Namun di luar dari pada itu, satu hal yang pasti, yakni sasaran yang diselidiki, diuraikan, dan dibahas adalah satu, yaitu alam semesta yang meliputi: asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses, mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi.
Rasa ingin tahu dan terbentuknya ilmu pengetahuan
Beberapa binatang sudah mempunyai otak, sehingga mempunyai daya piker namun terbatas pada insting (naluri) dan upaya mempertahankan diri serta turunannya. Insting tersebut terutama ditujukan untuk kelangsungan hidupnya seperti memperoleh makanan, perlindungan diri dan perkembangbiakan. Aktivitas hewan tersebut ternyata tidak berubah dari masa ke masa dan dinyatakan sebagai idle curiousity. Sedangkan manusia di samping mempunyai naluri dan nurani, manusia juga memiliki nalari. Dengan nalari itu, manusia menggunakan kemampuan otaknya untuk melakukan penalaran, pemikiran logis dan analisis. Berlandaskan kemampuan tersebut maka pengetahuan yang diperoleh saat ini merupakan dasar dari munculnya rasa ingin tahu manusia tersebut selalu berkembang (curiousity). Dengan nurani, manusia selalu ingin berbuat baik untuk dirinya dan lingkungannya.
Secara sederhana perkembangan rasa ingin tahu dimulai dengan pertanyaan apa atau “what” tentang sesuatu, dan dilanjutkan dengan pertanyaan bagaimana atau “how” dan mengapa atau “why”. Sebagai contoh adalah perkembangan rasa ingin tahu anak-anak terhadap suatu benda, maka pertanyaan yang diajukan oleh anak pada usia sekitar dua tahun adalah “apa” nama benda tersebut, misalkan benda tersebut adalah pensil. Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul pada usia menjelang TK adalah “bagaimana” menggunakannya. Setelah usianya lebih dewasa lagi, maka pertanyaan yang akan muncul di benaknya adalah “mengapa” pensil dapat digunakan untuk menulis? Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, maka anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru dan sekaligus rasa ingin tahunya terjawabkan.
Adanya kemampuan berpikir pada manusialah yang menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dengan akal yang dimiliki manusia, semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Informasi yang dapat disimpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang pengetahuan ini akan terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana urutan perkembangan ilmu dimulai dari rasa ingin tahu terhadap sesuatu maka dilakukan suatu pengamatan. Berdasarkan pengamatan berulangkali diperoleh pengalaman. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang terus-menerus diperoleh pengetahuan, semisal sifat dari benda yang diamati. Kumpulan pengetahuan tentang sesuatu yang didapatkan secara sistematis dinyatakan ilmu pengetahuan.

PEMBAHASAN
A.    Dasar-dasar Pengetahuan
Seperti dijelaskan di Bab Pendahuluan di atas, pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia karena :
1.      Bahasa yang bersifat komunikatif
2.      Pikiran yang mampu menalar.

B.     Metode Ilmiah sebagai Dasar IPA
Metode ilmiah adalah prosedur atau cara dalam memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu. Ini berarti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Berbagai cara dilakukan manusia untuk memperoleh pengetahuan, baik melalui pendekatan nonilmiah maupun pendekatan ilmiah.
Adapun penemuan ilmu pengetahuan mereka melalui pendekatan nonilmiah diperoleh dengan 3 cara:
1.      Prasangka
2.      Intuisi
3.      Trial and error
Juga penemuan ilmu pengetahuan melalui pendekatan ilmiah dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta) maupun referensi pengalaman sebelumnya. Berdasarkan metode ini, data atau fakta yang ada harus diuji terlebih dahulu sebelum diterima kebenarannya.

1.      Kriteria ilmu pengetahuan
Suatu pengetahuan dapat disebut ilmu jika memenhi criteria sebagai berikut:
a.       Logis atau masuk akal
b.      Objektif
c.       Metodik
d.      Sistematis
e.       Berlaku umum atau universal
f.       Kumulatif

2.      Langkah-langkah metode ilmiah
Langkah-langkah metode ilmiah sebagai berikut:
a.      Perumusan masalah
Yang dimaksud masalah adalah menyangkut topic atau objek yang diteliti batasan yang jelas serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait. Oleh sebab itu, masalah merupakan pertanyaan apa, mengapa atau bagaimana tentang objek yang diteliti itu.
b.      Penyusunan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan tentang kemungkinan jawaban sementara tentang masalah yang ditetapkan.
c.       Pengujian Hipotesis
Merupakan upaya pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan dan diuji apakah fakta tersebut mendukung hipotesis atau tidak.
d.      Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan pengetahuan yang kebenarannya teruji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
Berdasarkan logika, penarikan kesimpulan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.       Logika deduktif, cara berpikir dimana ditarik kesimpulan yg bersifat khusus dari pernyataan bersifat umum.
2.      Logika Induktif,  terkait dengan empirisme (butuh dukungan fakta).

3.      Sikap Ilmiah
a.       Jujur
b.      Objektif
c.       Terbuka
d.      Toleran
e.       Skeptis
f.       Optimis
g.      Pemberani
h.      Kreatif dan inovatif
i.        Dapat membedakan antara opini dan fakta
j.        Tidak berprasangka dalam mengambil keputusan
k.      Teliti, hati-hati dan saksama dalam bertindak
l.        Selalu ingin tahu

C.    Perkembangan IPA
Untuk menjelaskan fenomena alam, maka perlu dilakukan pengamatan atau penelitian yang terus-menerus. Suatu penelitian tentu diperlukan landasan pengamatan atau teori yang sudah ada. Landasan atau strata ilmu dapat dibagi atas tiga, yaitu:
1.      Hipotesis
Merupakan strata ilmu yang paling rendah, berupa dugaan atau prediksi yang diambil berdasarkan pengetahuan atau teori yang sudah ada untuk menjawab penelitian yang sedang dilakukan.
2.      Teori
Merupakan strata ilmu yang lebih tinggi dari hipotesis, berupa landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya, namun teori masih mungkin untuk dikoreksi dengan teori baru yang lebih tepat.
3.      Hukum dan dalil
Merupakan strata ilmu yang paling tinggi, berupa teori yang telah diuji terus-menerus dan diketahui tidak ditemukan adanya kesalahan.
Ilmu pengetahuan akan terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dipunyai atau diketahuinya. Berdasarkan hal tersebut, maka ilmu pengetahuan merupakan siklus ilmu dengan penelitian sebagai intinya yang tidak pernah terputus. Bahkan ia akan semakin membesar dan meluas.

D.    Perkembangan IPA Klasik dan Modern
Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern” sama sekali bukan berkaitan dengan waktu maupun klasifikasi bidang ilmu. Penggolongan ini lebih mengacu kepada konsepsi, yaitu cara berpikir, cara memandang, dan cara menganalisis suatu fenomena alam.
IPA klasik yang telaahannya mengikuti kaidah ilmu tradisional berdasarkan pengalaman, kebiasaan, dan bersifat makroskopik. Sedangkan IPA modern yang bersifat mikroskopik, muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian dan telah diadakan pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada.


E.     Ruang Lingkup IPA dan Pengembangannya
1.      Klasifikasi IPA
Ilmu pengetahuan alam dapat dibagi menjadi tiga bidang utama yaitu:
1.      Ilmu Sosial dan Budaya; membahas hubungan antarmanusia sebagai makhluk sosial, yang selanjutnya dibagi atas:
a.       Psikologi, mempelajari proses mental dan tingkah laku.
b.      Pendidikan, proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.
c.       Antropologi, mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan dan tingkah laku sosial.
d.      Etnologi, cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek sistem sosio-ekonomi dan pewarisan kebudayaan terutama keaslian budaya.
e.       Sejarah,  pencatatan peristiwa-peristiwa  yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara atau individu.
f.       Ekonomi, yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang produksi,  pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara atau perusahaan.
g.      Sosiologi, studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal usul organisasi, institusi, perkembangan masyarakat.
b.      Ilmu Pengetahuan Alam, yang membahas tentang alam semesta dengan semua isinya dan selanjutnya terbagi atas:
a.       Fisika, mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat sementara. Seperti : bunyi cahaya, gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir
b.      Kimia, mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek sususan materi dan perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar dibagi kimia organik (protein, lemak) dan kimia anorganik (NaCl), hasil dari ilmu ini dapat diciptakan seperti plastik, bahan peledak
c.       Biologi, yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Ø  Botani, ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan
Ø  Zoologi ilmu yang mempelajrai tentang hewan
Ø  Morfologi ilmu yang mempelajari tentang struktur luar makhluk hidup
Ø  Anatomi suatu studi tentang struktur dalam  atau bentuk dalam mahkhluk hidup
Ø  Fisiologi studi tentang fungsi atau faal/organ bagian tubuh  makhluk hidup
Ø  Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara mendalam
Ø  Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan serentetan sel sejenis
Ø  Palaentologi studi tentang makhluk hidup masa lalu

c.       Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Studi tentang bumi sebagai salah satu anggota tatasurya, dan ruang angkasa dengan benda angkasa lainnya.
a.       Geologi, yang membahas tentang struktur bumi. (yang bahasannya meliputi dari ilmu kimia dan fisika) contoh dari ilmu ini  petrologi (batu-batuan), vukanologi (gempa bumi), mineralogi (bahan-bahan mineral)
b.      Astronomi, membahas benda-benda ruang angkasa dalam alam semesta yang meliputi bintang, planet, satelit da lain-lainnya. Manfaatnya dapat digunakan dalam navigasi, kalendar dan waktu

2.      Pemfokusan dan pembentukan multidisiplin ilmu
a.      Pemfokusan Ilmu
Dengan pengembangan ilmu yang begitu cepatnya, terutama mulai awal abad ke-20 menyebabkan klasifikasi ilmu berkembang kea rah disiplin ilmu yang lebih spesifik. Sebagai contoh, dalam disiplin fisika telah terjadi pemfokusan menjadi berbagai subdisiplin fisika, antara lain bunyi dan getaran, magnet, listrik, optik, mekanika, dan fisika modern.
Selanjutnya, subdisiplin ilmu tersebut berkembang menjadi spesialisasi tertentu. Sehingga tidak memungkinkan lagi seseorang dapat menguasai beberapa atau bahkan satu bidang ilmu tertentu dengan sempurna.. untuk dapat menguasai ilmu dengan baik, maka seorang ahli akan lebih memfokuskan atau menspesialisasikan dirinya dalam salah satu focus disiplin ilmu tertentu.
b.      Multidisiplin dan Interdisiplin Ilmu
Multidisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang cakupan pembahasannya menggunakan lebih dari satu kelompok disiplin ilmu, misal kelompok IPA dan IPS. Contoh multidisiplin ilmu adalah lingkungan, yang dapat mengolaborasikan ilmu IPA dan IPS.
Sedangkan Interdisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang cakupan pembahasannya menggunakan satu kelompok disiplin ilmu saja. Contoh interdisiplin ilmu adalah ilmu computer yang dikembangkan dari disiplin IPA.
Perkembangan interdisiplin IPA pun cukup banyak dan berkembang sangat pesat. Sehingga perkembangan tersebut sangat mempengaruhi pola pandang dan kehidupan sosial saat ini. Oleh karena itu, suatu ilmu yang dikembangkan berdasarkan interdisiplin ilmu tetapi karena dampak sosial perlu diperhitungkan, sehingga pembahasannya berubah menjadi multidisiplin ilmu.

PENUTUP
Kesimpulan

IPA berkembang dengan sangat pesatnya sejalan dengan sifat manusia yang mempunyai rasa ingin tahu atau curiousity yang juga selalu berkembang (dinamis). Dengan sifat ini, dalam benak manusia selalu bertanya karena keingintahuannya: apa sesungguhnya (what), bagaimana sesuatu terjadi (how), dan mengapa demikian (why).
Adanya kemampuan berpikir pada manusia tersebut yang menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu ini terus berkembang, bertambah luas dan mendalam sesuai dengan hasil-hasil penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
Ilmu pengetahuan diperoleh melalui prosedur yang telah ditentukan, yaitu melalui cara yang disebut metode ilmiah. Adapun langkah-langkah operasional metode ilmiah –secara singkat– adalah sebagai berikut:
a.       Perumusan Masalah
b.      Penyusunan Hipotesis
c.       Pengujian Hipotesis/Penelitian
d.      Penarikan Kesimpulan
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab suatu pengetahuan dapat disebut ilmu atau ilmiah jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.       Logis atau masuk akal
b.      Objektif
c.       Metodik
d.      Sistematis
e.       Berlaku umum atau universal
f.       Kumulatif

DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen IAD. 2004. Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Makassar: Universitas Negeri Makassar.
IAD KLH 1-iv 2008.doc. 7 Oktober 2010.
Materi-kuliah-i-iad.ppt. 7 Oktober 2010.